Suaka untuk Badak Jawa
Terlangka di Dunia
UJUNG KULON, KOMPAS.com — Di jalan tanah tertutup daun yang menghadap
sawah subur, badak terlangka di dunia telah meninggalkan jejak masih hangat
dalam lumpur lembut dan tampak ada bekas gigitan di dedaunan.
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), yang dihormati dalam cerita rakyat
setempat dan disebut sebagai Abah Gede, diperkirakan hanya tersisa sekitar 50
ekor, semuanya hidup di alam liar Taman Nasional Ujung Kulon, daerah dengan
keindahan alam yang menakjubkan di ujung barat pulau Jawa.
Konservasionis berharap bahwa suaka baru bagi Badak Jawa yang akan dibuka
di taman nasional ini, dapat menyelamatkan kembali satwa ini dari ancaman
kepunahan.
Dulu makhluk pemalu ini berjumlah ribuan dan berkeliaran di seluruh Asia
Tenggara. Namun, seperti spesies badak lainnya di seluruh dunia, perburuan dan
perambahan manusia pada habitatnya telah menyebabkan penurunan populasi secara
dramatis. Uni Internasional untuk Konservasi Alam mengatakan hewan tersebut
"membuat pertahanan terakhir".
Suaka baru akan mencakup 5.100 hektare dari hutan hujan yang rimbun,
aliran air nan segar dan kubangan lumpur di taman yang merupakan situs Warisan
Dunia UNESCO.
Pagar listrik juga sedang dibangun -bagian akhir dari pekerjaan yang
harus diselesaikan, untuk menandai batas dan mencegah badak tersesat keluar
dari tempat suaka dan mencegah manusia masuk.
Petugas taman nasional, yang merupakan pegawai pemerintah, juga telah
menanam makanan yang cocok untuk badak. Selama kunjungan AFP baru-baru ini,
para pekerja terlihat membersihkan pohon-pohon palem dan menggantinya dengan
semak dan pohon kecil.
"Kami berharap di tempat ini akan lebih banyak satwa langka berharga
ini lahir," kata Kepala Taman Nasional Moh Haryono kepada AFP. "Dalam
kawasan yang lebih tertutup, badak jantan dan betina akan memiliki lebih banyak
kesempatan untuk bermain-main dan kawin dengan bebas."
Kerja berat
Sebelum pendirian suaka, yang dikelola pemerintah tetapi sepenuhnya
didanai oleh badan amal yang berbasis di AS, International Rhino Foundation,
ada banyak hal yang tidak mudah dikerjakan.
Suaka pada awalnya akan dibuka pada 2011 tetapi tertunda karena
birokrasi, masalah yang umum di Indonesia, yang memiliki birokrasi rumit dan
sering tidak efisien.
Pekerjaan juga terhenti selama setahun akibat protes dari warga yang
menuntut ganti rugi atas lahan pertanian mereka, serta dari aktivis satwa yang
merasa penggunaan alat-alat berat untuk membangun pagar mengancam lingkungan.
Namun semua hambatan sekarang tampaknya telah diatasi dan suaka harus
segera dibuka secara resmi.
Suaka hanya sebuah langkah kecil dalam perjuangan yang berat untuk
menyelamatkan Badak Jawa. Para pejabat di Ujung Kulon percaya ada 51 badak pada
2012, mendasarkan perkiraan mereka pada foto yang diambil oleh kamera
tersembunyi.
Badak Jawa kini populasinya sudah sangat menurun. WWF Indonesia
mengatakan ancaman tidak lagi perburuan tetapi kelangkaan pangan, penyakit dan
risiko bencana alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar