Senin, 30 Desember 2013

Impor minyak bisa dihentikan asal pemerintah rajin bangun kilang

Senin, 30 Desember 2013 16:24
Merdeka.com - Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah menjadi bagian dari kebutuhan primer. Masyarakat yang sehari-hari beraktivitas menggunakan kendaraan sangat tergantung pada pasokan BBM. Karena tingginya kebutuhan masyarakat, pemerintah terus mengimpor minyak mentah.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, pemerintah mengimpor BBM dalam bentuk fuel dengan harga Rp 10.000 per liter. Dijual ke masyarakat dengan harga Rp 6.500 per liter.
"Harga fuel sekarang USD 120-125 per barel. Kalau kita hitung, itu pemerintah membeli fuel Rp 10.000 per liter itulah subsidi sehingga menjadi Rp 6.500 per liter," ucap Elan di Gedung SKK Migas, Jakarta, Senin (30/12).
Kondisi ini semakin buruk lantaran kebutuhan minyak dalam negeri yang terus membengkak. Setidaknya hampir setiap tahun kebutuhan BBM bersubsidi selalu di atas kuota yang ditetapkan pemerintah.
Sebenarnya kondisi ini bisa diperbaiki jika pemerintah mau membangun kilang. Pembangunan kilang terakhir dilakukan 20 tahun lalu atau sekitar tahun 1993. Menurut Elan, jika kilang semakin banyak maka pemerintah tidak harus mengimpor fuel namun bisa dalam bentuk crude atau minyak mentah.
"Impor crude sekarang semakin sedikit dibandingkan impor fuel. Kilang kita segitu-gitunya dan kebutuhan terus naik. Kalau impor crude kita cuma harus bayar USD 100 per barel. Itu kan jauh lebih murah," tutupnya.


Analisis :
Kebutuhan akan BBM di Indonesia memang sangat tinggi, karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menggunakan kendaraan. Oleh karena itu pemerintah terus mengimpor minyak. Jika dengan pemerintah membangun lebih banyak kilang dapat mengurangi impor fuel, kita sebagai rakyat akan mendukung langkah pemerintah tersebut, asalkan dalam pelaksanaan selalu diawasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar