Jumat, 13 April 2012

KEBIJAKAN PEMERINTAH


Disusun Oleh
Kelompok 1EB24:

Dwi Prastyanto/28211666
Fajar Aji Sondang 28211315
Fathiyyaturrahmah M./27211968
Gena Enka Lestari/23211028
Ike Setiani/23211491
Januar Herdyanto/23211789
Nimas Indrayanti/25211173
Nurul Astuti/25211389

Kebijakan Periode selama 1966-1969
Pada periode 1966-1969 Pemerintah lebih memusatkan perhatian pada kebijakan mengenai proses perbaikan dan penghapusan semua unsur dari peniggalan pemerintahan orde lama yang mengandung unsur komunisme. Pada masa ini pemerintah berjuang untuk menekan tingkat inflasi yang tinggi karena pemerintahan orde lama. Pembersihan proses-proses kebijakan orde lama yang tidak efisien dan efektif terutama dari faham-faham komunisme. Titik beratnya, yaitu penurunan tingkat inflasi, proses produksi yang tidak efektif dan efisien, penggunaan pendapatan yang lebih efektif dan efisien untuk menunjang proses pembangunan.

Kebijakan Pelita I
Pada periode pelita I perekonomiaan Indonesia sedang kurang baik, dimana Indonesia sedang mengalami tinggkat pengangguran yang tinggi. Sementara itu pemerintah menyempurnakan peraturan mengenai Tata Niaga bidang Eksport dan Import yang mendevaluasi mata uang rupiah terhadap dollar. Keadaan ini megakibatkan perekomonian kekurangan dana semetara itu perekonomian didesak untuk mendapatkan dana yang besar untuk investasi agar menambah lapangan pekerjaan.
1. PP No. 16 Tahun 1970 à penyempurnaan tataniaga ekspor dan impor.
2. PP bulan Agustus 1971 mengenai devaluasi rupiah terhadap dollar Amerika.
Sasarannya kestabilan harga bahan pokok, peningkatan nilai ekspor, kelancaran impor, penyebaran barang di dalam negeri.

Kebijakan Pelita II
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industry juga terjadi kenaikan produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

Kebijakan Pelita III
Lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut.

Kebijakan Pelita IV
Menitik beratkan pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri ringan. Selain swasembada pangan, pelita IV juga dilakukan program KB dan rumah untuk keluarga.
Kebijakan Pelita V
Menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk menetapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya dan sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin mesin industri.
Pelita V adalah akhir dari ploa pembangunan jangka panjang tahap pertama. 

Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah  proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan moneter digolongkan menjadi dua dalam pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat, yaitu:
1.       Kebijakan Moneter Ekspansif: kebijakan menambah jumlah uang yang edar.
2.      Kebijakan Moneter Kontraktif: kebijakan mengurangi jumlah uang yang edar.

Empat instrument untuk menjalankan kebijakan moneter, yaitu operasi Pasar Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib, Himbauan Moral.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, maka pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Tujuan kebijakan fiskal yaitu untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).

Kebijakan Fiskal dan Moneter di Luar Negeri
Kebijakan Menekan Pengeluaran
dilakukan dengan cara mengurangi pengeluaran konsumsi. Dengan cara menaikkan pajak pendapatan, menaikkan tingkat bunga, mengurangi pengeluaran pemerintah.
Kebijakan Memindahkan Pengeluaran
Dengan cara
1. Memaksa: Mengenakan tarif dan atau kuota, mengawasi pemakaian valuta asing.
2. Rangsangan: mengurangi pajak komoditi ekspor, menyederhanakan prosedur ekspor, memberantas pungli dan biaya siluman, menstabilkan harga dan upah di dalam negeri, melakukan devaluasi

Kebijakan Subsidi BBM
Pada tahun ini banyaknya kontroversi yang dibahas oleh masyarakat yang berkaitan dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM secara bertahap karena secara bertahap ini pula subsidi terhadap BBM akan dihapuskan oleh Negara. Banyak yang tidak setuju atas kenaikan dan penghapusan BBM oleh kalangan masyarakat menengah kebawah. Pemerintah melakukan kebijakan itu karena untuk mengseimbangkan anggaran belanja tahunan negara kita dan mengikuti kenaikan minyak dunia. Oleh karena itu, pemerintah sangat terpaksa melakukan kebijakan tersebut.
Dalam kebijakan ini akan membahas Kebijaksanaan pemerintah dalam penghapusan subsidi BBM yang pada akhirnya menaikkan harga BBM di Indonesia itu dan cara penyaluran dana sisa anggaran subsidi BBM itu yang menurut perhitungan APBN jumlah itu sekitar 800 miliar rupiah.
Sumber:
doc/24616247/Kondisi-Ekonomi-Indonesia-Pada-Masa-Orde-Baru
DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM/FAKULTAS EKONOMI/UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

Minggu, 25 Maret 2012

PERKEMBANGAN STRATEGI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

PENGERTIAN PEMBANGUNAN
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya peren canaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.  Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

A. MACAM – MACAM STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA
Salah satu konsep penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari perekonomian suatu negara adalah mengetahui tentang strategi pembangunan ekonomi. Beberapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :
1.Strategi Pertumbuhan
Adapun inti dari konsep strategi yang pertama ini adalah :
• Strategi pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat apada upaya pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi.
• Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah ( trickle – down – effect ) pendistribusian kembali.
• Jika terjadi ketimpangan atau ketidak merataan hal tersebut merupakan prasyarat terciptanya pertumbuhan ekonomi.

2. Strategi pembangunan dengan pemerataan

Inti dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan paket program terpadu.
3. Strategi ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli ekonomi mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Inti dari konsep strategi tergantungan adalah :
• Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak / negara lainnya.
4. Strategi Pendekatan kebutuhan pokok
Sasarana dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan kebutuhan pokok dan sejenisnya.
B. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI
PEMBANGUNAN EKONOMI 
Pada prinsipnya, pemilihan strategi apa yang digunakan dalam proses pembangunan sangat dipengaruhi oleh pertanyaan ‘Apa tujuan yang hendak dicapai?’
Jika tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan masyarakat yang mandiri, maka strategi ketergantungan yang mungkin akan dipakai. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah pemerataan kebutuhan pokok, maka strategi pendekatan kebutuhan pokok lah yang akan dipergunakan.
C. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Sebelum Orde Baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan pada usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya nampak adanya kecenderungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik dan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.
Sedangkan pada awal Orde Baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha-usaha untuk menekan laju inflasi yang sangat tingi (Hyper Inflasi).
Strategi-strategi trsebut kemudian dipertegas dengan ditetapkan sasaran-sasaran dan titik berat setiap Repelita, yaitu :
REPELITA I : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya
REPELITA II : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya
REPELITA III : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya
REPELITA IV : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-repelita selanjutnya meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
D.PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Adapun definisi perencanaan pembangunan, menurut Bintoro Tjokromidjojo, manfaat perencanaan adalah :
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaa yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas
5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur untuk mengadakan suatu pengawasan dan evaluasi
6. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya secara lebih efisien dan efektif
7. Dengan perencanaan, perkembangan ekonom yang mantap atau pertumbuhan ekonomi yang terus menerus dapat ditingkatkan
8. Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.
Dalam sejarah perkembangannya, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi dalam beberapa periode, yakni :
 Periode Orde Baru, dibagi dalam :
• Periode 1945 – 1950
• Periode 1951 – 1955
• Periode 1956 – 1960
• Periode 1961 – 1966

 Periode Setelah Orde Baru dibagi dalam :
• Periode 1966 s/d periode stabilisasi dan rehabilitasi
• Periode Repelita I : 1969/70 – 1973/74
• Periode Repelita II : 1974/75 – 1978/79
• Periode Repelita III : 1979/80 – 1983/84
• Periode Repelita IV : 1984/85 – 1988/89
• Periode Repelita V : 1989/90 – 1993/94


Rabu, 07 Maret 2012

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Dwi Prastyanto
28211666
1EB24


 A. Pengertian Sistem
     Berdasarkan dari beberapa sumber yang saya baca, Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,materi atau energi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Jadi sistem bisa dibilang sekumpulan hal yang memiliki hubungan diantara mereka.

B. Perkembangan Sistem Perekonomian
     Menurut saya sistem eknomi itu sudah ada/berlaku sejak dahulu, pada zaman pra-sejarah manusia sudah mengenal barter, kegiatan tersebut sudah tergolong ke dalam kegiatan ekonomi. Dan hingga sekarang manusia sering melakukan transaksi jual-beli, dan itu sudah termasuk ke dalam sistem ekonomi. Dengan semakin berkembangnya jumlah manusia dan kebutuhannya, semakin dirasakan perlunya sistem perekonomian yang lebih teratur dan terencana.

C. Macam-macam Sistem Ekonomi
1) Sistem Perekonomian Tradisional
    Sistem ekonomi yang masih sangat terikat dengan adat istiadat, kebiasaan , dan nilai budaya setempat.
Jadi dalam perekonomian tradisional masih menggunakan system turun temurun yang berlaku dalam suatu masyarakat dan telah menjadi nilai budaya setempat.
     Ciri-ciri sistem perekonomian tradisional
1. Alat alat yang digunakan dalam proses produksi masih sangat sederhana
2. Kegiatan produksinya umumnya mengolah tanah dan mengumpulkan barang yang disediakan alam
3. Masih menggunakan system barter,karena belum mengenal tukar menukar dengan uang
4. Modal masih terbatas ,maka produktivitas juga rendah
5. Masyarakatnya sulit menerima perubahan,karena terikat dengan tradisi
2) Sistem Perekonomian Liberal (Kapitalis)
    Suatu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih dan melakukan usaha sesuai keinginan dan keahliannya
    Sistem ekonomi liberal diperkenalkan oleh ekonomi Adam Smith (1723-1790)berkebangsaan inggris
Sistem ini tidak menghendaki adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian,sehingga masyarakat sebagai pelaku ekonomi bebas berusaha dan saling berkompetisi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi dirinya.
    Ciri- ciri sistem ekonomi liberal :
1. Hak milik perorangan diakui seperti pemilikan barang barang,modal,dan alat industri
2. Individu bebas melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan kemampuannya
3. Jenis,jumlah,dan harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran
4. Perekonomian ditandai dengan persaingan bebas
5. Kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi,distribusi dan konsumsi dalam pengaturannya diserahkan kepada setiap individu    Contoh : Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa Barat

 3 Sistem Perekonomian Sosialis (Etatisme)
    Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan ,dilaksanakan,dan diawasi pemerintah secara terpusat atau sistem perekonomian dengan cara mengambil dan memadukan ciri – ciri,baik dari sistem liberal maupun sistem sosial yang sesuai bagi Negara penganutnya.
    Ciri- ciri perekonomian sosial :
1. Faktor- faktor produksi dikuasai Negara secara terpusat
2. Kegiatan perekonomianyaa sepenuhnya diatur oleh Negara
3. Harga barang dan jasa ditetapkan oleh pemerintah
4. Hak milik individu tidak diakui    Contoh : Kuba, Korea Utara, dan Negara-negara Eropa Timur, dan RRC

D. Para Pelaku Ekonomi Di Indonesia
     Dalam perekonomian Indonesia dikenal tiga pelaku ekonomi pokok yaitu:
1. Koperasi
2. Sektor Swasta
3. Sektor Pemerintah

    Sesuai dengan Trilogi Pembangunan, maka masing-masing pelaku tersebut memiliki prioritas fungsi sebagai berikut :
1. Koperasi :
    Pemerataan hasil ekonomi, Pertumbuhan kegiatan ekonomi, Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi.
2. Swasta :
    Pertumbuhan kegiatan ekonomi, Pemerataan hasil ekonomi, Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi
3. Pemerintah BUMN :
    Kestabilan yang mendukung kegiatan ekonomi, Pemerataan hasil ekonomi, Pertumbuhan kegiatan ekonomi


Sumber :
http://yudhadwisyahputra.blogspot.com/2011/03/sistem-perekonomian-dan-jenis-jenis.html

Aris Budi Setyawan (Perekonomian Indonesia)















Minggu, 01 Januari 2012

Tugas Pengantar Bisnis

Nama : Dwi Prastyanto
NPM : 28211666
Kelas : 1EB24

Soal :

Anggota Investasi Kekayaan Pribadi
Fa. Maju Mundur
A Rp. 800.000,- Rp. 400.000,-
B Rp. 600.000,- Rp. 300.000,-
C Rp. 400.000,- Rp. 200.000,-
D Rp. 200.000,- Rp. 100.000,-

1.Berdasarkan data diatas. Ditetapkan jika perusahaan memperoleh keuntungan akan dibagikan kepada masing-masing investor setelah dikurangi 50% sebagai Laba Yang Ditahan. Apabila dibulan pertama beroperasi Fa. Maju Mundur memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 1.000.000.-. Berapa keuntungan yang diperoleh masing-masing anggota (A, B, C, D)?

2.Berdasarkan data diatas. Apabila dibulan kedua terdapat kewajiban/utang kepada Bank DIO sebesar Rp. 2.000.000.-. Berapa besar kewajiban yang dibebankan atas harta kekayaan milik pribadi masing-masing anggota (A, B, C, D)?

Jawab :
1) 50% x Rp. 1.000.000 = Rp. 500.000

Total Laba A :
800.000 x 500.000 = 400.000
1.000.000
Jadi, 800.000 + 400.000 = Rp. 1.200.000

    Total Laba B :
    600.000 x 500.000 = 300.000
    1.000.000
    Jadi, 600.000 + 300.000 = Rp. 900.000

Total Laba C :
400.000 x 500.000 = 200.000
1.000.000
Jadi, 400.000 + 200.000 = Rp. 600.000

Total Laba D :
200.000 x 500.000 = 100.000
1.000.000
Jadi, 200.000 + 100.000 = Rp. 300.000

2) 50% x Rp. 2.000.000 = Rp. 1.000.000
    Besar Beban Kewajiban A :
    400.000 x 2.000.000 = Rp. 800.000
    1.000.000

Besar Beban Kewajiban B :
300.000 x 2.000.000 = Rp. 600.000
1.000.000

Besar Beban Kewajiban C :
200.000 x 2.000.000 = Rp. 400.000
1.000.000

Besar Beban Kewajiban D :
100.000 x 2.000.000 = Rp. 200.000
1.000.000

Kamis, 01 Desember 2011

Penerapan Manajemen Dalam Usaha Fotocopy

PENDAHULUAN

Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengantar Manajemen, yaitu Bapak Dr. Aris Budi Setyawan mengenai ruang lingkup manajemen didalam lingkungan bisnis/usaha. Kelompok kami memilih salah satu usaha yang menurut kami  memenuhi standar kelayakan bisnis yaitu usaha fotocopy, penjilidan, printing, ketik dan laminating. Kami mengangkat usaha ini dikarenakan cukup menjanjikan, terutama karena letaknya yang sangat strategis, yaitu diareal kampus Universitas Gunadarma sehingga memudahkan kalangan Mahasiswa, dimana mereka sebagai target utama usaha ini. Oleh karena itu, kami ingin mencoba menganalisis usaha ini dari berbagai aspek yang akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini.

ANALISIS

Pada kesempatan kali ini, kelompok kami berkesempatan berbicara panjang-lebar dengan sang pemilik usaha fotocopy tersebut, yaitu Mas Herry. Usaha Fotocopy tersebut bernama Abadi Xerox. Berdiri pada tanggal 16 Maret 2002 oleh Mas Herry. Usaha ini hingga sekarang dijalankan oleh Mas Herry serta dibantu oleh sang istri dan adik iparnya.
Pada awalnya pemilik hanya bermodal awalkan sekitar ± Rp. 15.350.000 untuk pembelian :
- Mesin Fotocopy
- Bahan seperti kertas, tinta, alat tulis, dll.
- ATK (Alat Tulis Kantor)
- Membayar sewa tempat
- Listrik dan biaya lain-lain

Tujuan dari usaha fotocopy ini adalah untuk mencari keuntungan penghasilan yang maksimal di bidang percetakan fotocopy ini. Hingga sekarang, Mas Hery mendapatkan keuntungan yang didapat per bulan ± Rp. 2.000.000

Dalam memulai usaha fotocopy ini, dibutuhkan suatu manajemen yang handal dalam melaksanakannya dan memiliki kemampuan untuk mengatur/memanage segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha tersebut,
mulai dari aktivitas / kegiatan yang telah dilakukan, sedang dilakukan, maupun akan dilakukan oleh usaha tersebut. Dengan demikian, dapat digunakan pendekatan-pendekatan untuk mengkaji layak tidaknya bisnis tersebut dalam Studi Kelayakan Bisnis. Dalam penjelasan selanjutnya, akan dikemukakan 4 pendekatan strategis dalam aspek manajemen yang berlaku yaitu sebagai berikut :
1) Perencanaan (Planning)
    Dengan pendekatan ini, diharapkan pemilik “Fotocopy Abadi Xerox” dapat memberikan petunjuk perencanaan usaha secara garis besar kepada para karyawannya. Sedangkan perencanaan detailnya diserahkan kepada kreativitas para karyawan dengan tetap mematuhi aturan yang ada, sehingga tercipta hubungan komunikasi yang baik dan feedback yang seimbang antara pemilik dengan para karyawan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
    Tujuan utama usaha “Fotocopy Abadi Xerox” adalah mendapatkan keuntungan / laba / profit yang sebesar-besarnya dengan memberikan kepuasan maksimal kepada pelanggan. Jadi motivasi utama dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh “Fotocopy Abadi Xerox” adalah keuntungan. Oleh karena itu, “Fotocopy Abadi Xerox” harus dapat melayani para konsumen / pelanggan dengan cara yang menguntungkan untuk kelangsungan hidup usaha tersebut dalam jangka panjang, selain juga harus selalu mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. “Fotocopy Abadi Xerox” menerapkan koordinasi antar unit usaha sehingga tercipta pembagian kerja yang seimbang serta pelimpahan wewenang yang jelas dan tepat. Struktur organisasi disusun secara sederhana, yaitu pemilik usaha berada di posisi paling atas, selaku pimpinan usaha tsb. Lalu dibawahnya diikuti oleh para karyawan selaku pelaksana dimana masing-masing karyawan melakukan aktivitas yang telah ditentukan.
3) Pengarahan (Actuating)
    “Fotocopy Abadi Xerox” mengkaji Pengarahan dari sisi seperti : fungsi pengarahan yang harus terpenuhi serta sikap dan perilaku pemimpin yang hendaknya memenuhi kriteria agar dapat mengarahkan bawahannya. Oleh karena itu, pemilik “Fotocopy Mantab Jaya” berusaha menggunakan kekuasaan secara positif terutama dalam mengambil keputusan, sehingga dapat memberikan arahan dan motivasi kepada para karyawan untuk selalu memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Dengan pengarahan ini, diharapkan terjalin koordinasi yang baik antara pemilik “Fotocopy Abadi Xerox” dengan karyawannya.

4) Pengendalian (Controling)
    Pengendalian yang dilakukan oleh “Fotocopy Abadi Xerox” untuk memastikan apakah aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu, “Fotocopy Abadi Xerox” menerapkan pelaporan pengawasan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan menjamin diberlakukannya tindakan korektif / perbaikan atas kesalahan yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi.
Metode pengawasan yang berlaku di “Fotocopy Abadi Xerox” bersifat fleksibel, dinamis, dan ekonomis sehingga bisa dilakukan kapan saja dengan mengutamakan implementasi solusi dan evaluasi. “Fotocopy Abadi Xerox” menerapkan sistem pengendalian yang efektif yaitu akurat, tepat waktu, strategis, relistis, dan objektif. Dengan pengendalian ini, diharapkan “Fotocopy Abadi Xerox” mampu mengimplementasikan usaha secara layak dan mampu memuaskan pelanggan.

Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh sang pemilik usaha. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta keputusan yang akan diambil. Sebagai seorang pemilik usaha tidak harus hanya memperhatikan lingkungan usahanya atau intern saja, tapi juga harus bisa mengantisipasi lingkungan diluar usaha atau ekstern. Berikut adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi "Fotocopy Abadi Xerox" yaitu :
1) Faktor Lingkungan Makro :
    - Tempat usaha ini dekat dengan kampus, sekolah, sarana dan prasarana lainnya.
    - Berada dekat dengan jalan raya sehingga strategis.
    - Jarak antara penyedia bahan dan alat-alat fotocopy dekat.
    - Pelanggan bisa terjangkau karena tempat strategis.
2) Faktor Lingkungan Mikro :
    - Perekonomian dalam usaha fotocopy ini cenderung stabil tapi terkadang hanya ada masalah kecil seperti kenaikan bahan baku dan kerusakan mesin.
    - Teknologi dalam usaha fotocopy ini setiap tahun memang ada perkembangan, namun sang pemilik tetap menggunakan mesin lamanya karena masih layak pakai.

Untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif dan efisien, maka perlu adanya pendelegasian tugas dari atasan ke bawahan. Pendelegasian tugas ini juga harus dibarengi dengan pendelegasian wewenang, sebab pendelegasian tugas tanpa pendelegasian wewenang sama halnya orang mau pergi tapi tak punya uang. Pada "Fotocopy Abadi Xerox" ini, sang pemilik mendelegasikan sepenuhnya kepada istri dan adik iparnya apabila beliau ada urusan lain diluar tempat usahanya tersebut.

Adapun kendala dalam usaha fotocopy ini, yakni :
- Pemadaman listrik yang kadang kali terjadi.
- Kerusakan mesin yang lama diperbaiki.
- Cuaca yang tidak memungkinkan pelanggan untuk datang, seperti ; hujan lebat, dll.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang kelompok kami lakukan yaitu :
Usaha “Fotocopy Abadi Xerox” mempunyai sistem manajemen yang teratur dan terarah. Perencanaan telah dilakukan dengan matang, pengorganisasian dilaksanakan secara terpadu dan terpusat, pengadaan yang seimbang, dan pengendalian yang terecana merupakan pendukung kinerja “Fotocopy Mantab Jaya” untuk mencapai keuntungan / profit yang maksimal. Berdasarkan aspek manajemen tersebut, maka usaha “Fotocopy Abadi Xerox” dapat dikatakan layak / feasible.


 KELOMPOK  :  1) Anjar Rahman Dani  (20211937)
                              2) Dwi Prastyanto  ( 28211666)                             
                              3) Fajar Aji Sondang  (28211315)
 KELAS            :  1EB24

Jumat, 18 November 2011

PASAR DAN PEMASARAN

PENGERTIAN PASAR :
Kelompok Individual (perorangan maupun organisasi) yang mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli dan berminat merealisasikan pembelinya.

PENGERTIAN PEMASARAN :
Kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis (profit atau nonprofit)  guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.

JENIS-JENIS PASAR :
Pasar Konsumen :
Sekelompok pembeli yang membeli barang untuk dikonsumsi, bukan dijual atau diproses lebih lanjut.

Pasar Industri :
Pasar yang terdiri individu dan lembaga atau organisasi yang membeli barang untuk dipakai lagi, baik langsng maupun tidak langsung, dalam memproduksi barang lain kemudian dijual.

Pasar Penjual :
Individu dan organisasi yang membeli barang untuk dijual lagi atau disewakan untuk mendapatkan laba.

Pasar Pemerintah :
Pasar dimana terdapat lembaga pemerintah, seperti : departemen, direktorat, kantor dinas dan instansi lain.

KONSEP-KONSEP INTI PEMASARAN :
Konsep Produksi :
Konsumen menyukai produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan dan manajemen berkonsentrasi pada efisiensi produksi dan distribusi.

Konsep Produk :
Konsumen menyukai produk yang bermutu dan kinerja baik serta keistimewaan yang mencolok, manajemen harus memperbaiki terus-menerus produknya.

Konsep Penjualan :
Konsumen tidak akan membeli banyak produk kecuali manajemen melakukan usaha promosi dan penjualan yang baik.

Konsep Pemasaran :
Penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan secara lebih efektif dan efisien dari yang dilakukan pesaing.

BAURAN PEMASARAN :
Bauran pemasaran atau Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variabl atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.

TUJUAN SISTEM PEMASARAN :
1) Memaksimumkan konsumsi
2) Memaksimumkan kepuasan konsumen
3) Memaksimumkan mutu hidup

PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI PEMASARAN :
Pendekatan serba fungsi :
Dari apa saja kegiatan pokok pemasaran, yaitu : pembelian, pengangkutan, penjualan, penyimpanan, pembelanjaan, penanggungan resiko, standarisasi dan grading, pengumpulan informasi pasar.

Pendekatan serba lembaga :
Dilihat dari lembaga atau organisasi yang terlibat dalam pemasaran, misal : produsen, suplier, perantara dagang, dsb.

Pendekatan serba barang :
Studi tentang bagaimana barang berpindah dari produsen ke konsumen akhir atau konsumen industri.

Pendekatan serba manajemen :
Dilihat dari pendapat manajer serta keputusan yang diambil.

Pendekatan serba sistem :
Menyangkut elemen-elemen yang luas dalam sistem pemasaran termasuk pendekatan serba fungsi, manajemen, produk, lembaga.

Sumber : http://www.slideshare.net/opexs/pemasaran

Selasa, 25 Oktober 2011

Lingkungan Bisnis

Secara umum, lingkungan perusahaan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar, yakni lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar lagi yakni lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri. Kategori lingkungan perusahaan adalah sebagai berikut: A. Lingkungan Eksternal
1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan ini hanya memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Ekonomi
b. Sosial
c. Politik dan Hukum
d. Teknologi
e. Demografi
2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri sebagai berikut:
a. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
b. Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang ada
c. Tekanan dari Produk Pengganti
d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)
e. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
B. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas dan kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market position tertentu. Dengan demikian analisis lingkungan internal akan meliputi analisis mengenai sumber daya manusia, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Masing-masing komponen dari analisis lingkungan internal sebagai berikut:
1. Sumber Daya (Resources)
a. Tangible, merupakan sumber daya yang terlihat atau berwujud dalam data keuangan dan mudah sekali diidentifikasi dan dievaluasi. Contohnya: Sumber daya Finansial : Kapasitas kredit perusahaan. Kemampuan menghasilkan dana internal, dan sebagainya.Sumber daya Fisik : Kecanggihan mesin pabrik. Lokasi pabrik atau lokasi usaha, dan sebagainya.Sumber daya Manusia : Pengalaman, loyalitas, pelatihan, komitmen, dan sebagainya.Sumber daya Organisasional : Sistem perencanaan, koordinasi, pengendalian, dan sebagainya
b. Intangible, merupakan sumber daya yang tidak terlihat pada neraca keuangan perusahaan misalnya teknologi, inovasi dan reputasi (performance). Contohnya:Sumber daya Teknologi: Persediaan teknologi: paten, merek dagang, hak cipta, dan sebagainya, Sumber daya untuk Inovasi: Kegiatan riset, kreativitas, dan sebagainya,Reputasi (performance): Merek, persepsi kualitas, hubungan baik dengan pemasok, dan sebagainya
c. Human Resources Perusahaan menilai sumber daya manusia atau karyawannya berdasarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang untuk selanjutnya dikembangkan juga penilaian terhadap kemampuan para karyawan untuk bekerja sama secara lebih efektif.
2. Kapabilitas (Capability)
a. Pendekatan Fungsional, merupakan penentu kapabilitas perusahaan secara relative terhadap fungsi-fungsi utama perusahaan antara lain: pemasaran, penjualan dan distribusi, keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, produksi serta organisasi secara umum.
b. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain), kapabilitas yang didasarkan pada serangkaian kegiatan yang berurutan yang merupakan sekumpulan aktivitas nilai (value activities) yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirim dan mendukung produk dan jasa.
3. Kompetensi Inti (Core Competence)
Ada dua pengertian mengenai kompetensi, yakni kompetensi individual dan kompetensi organisasi. Kompetensi individu meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities) yang dimiliki seseorang dalam suatu organisasi. Sedangkan kompetensi organisasi merupakan tindakan kolektif dari karakteristik kompetensi individu dalam tingkatan organisasi. Olson dan Bolton (2002) mengilustrasikan cakupan konsep kompetensi dalam literature organisasi yang diadaptasi oleh Green (1999). Dikemukakan bahwa kompetensi merujuk pada individu maupun organisasi. Karateristik individu meliputi pengetahuan teknis dan keterampilan (technical knowledge and skills) dan keterampilan kinerja, serta kompetensi penyumbang individu (performance skills and competencies of individual contributors).
Lebih lanjut kompetensi inti diperkenalkan oleh Hamel dan Prahalad (1999). Kompetensi inti merupakan sekumpulan keterampilan dan teknologi yang memungkinkan suatu perusahaan menyediakan manfaat tertentu kepada pelanggan agar bersaing lebih efektif.
Ada tiga parameter yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kompetensi inti dalam perusahaan sebagai berikut:
Pertama, apakah kompetensi inti memberikan akses potensial kepada berbagai macam pasar. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki kompetensi ini dalam sistem layar monitor memungkinkan perusahaan tersebut menekuni berbagai bisnis seperti: TV mini, kalkulator, monitor untuk komputer dan laptop, dashboard mobil, dan sebagainya.
Kedua, apakah kompetensi inti dapat memberikan kontribusi signifikan pada kegunaan yang diterima pelanggan. Sebagai contoh, kompetensi Honda dalam mendesain dan membuat mesin yang irit bahan bakar dan tahan uji memberikan nilai yang tinggi bagi pelanggannya yang implikasinya membuat pelanggan enggan beralih kepada produsen lain.
Ketiga, apakah kompetensi inti yang dimiliki perusahaan membuat pesaing mengalami kesulitan untuk meniru (imitasi). Jika dihubungkan dengan kapabilitas, maka seluruh kompetensi inti merupakan kapabilitas dan sebaliknya tidak semua kapabilitas merupakan kompetensi inti. Hanya kapabilitas yang mempunyai kriteria tertentu yang dapat dikategorikan sebagian komptensi inti. Kemampuan atau kapabilitas merupakan kompetensi inti jika memenuhi empat kriteria, yakni:
a.Kemampuan yang Bernilai (Valuable Capabilities), yakni kemampuan yang memungkinkan perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman eksternal.
b.Kemampuan yang Langka (Rare Capabilities), yakni kemampuan yang hanya dimiliki oleh sangat sedikit pesaing, baik pesaing saat ini maupun pesaing yang akan datang.
c.Kemampuan yang Tidak Dapat Ditiru Secara Sempurna (Imperfectly Imitable Capabilities), yakni kemampuan yang tidak mudah dikembangkan oleh perusahaan lain.
d.Kemampuan yang Tidak Dapat Diganti (Nonsubstitutable Capabilities), yakni kemampuan yang sukar untuk digantikan.
Hal terpenting yang perlu dipahami bahwa kompetensi tidak harus dan tidak boleh dijadikan penghambat untuk berubah apabila perusahaan memang memerlukannya. Jika kompetensi inti yang lama berubah sejalan dengan globalisasi, perusahaan pun harus menemukan kompetensi yang baru. Karena jika tidak melakukan perubahan, dikuatirkan perusahaan tersebut akan mengalami kemunduran (competitive disadvantage). Hal ini dilakukan dengan mempertahankan dan menopang kompetensi inti yang telah ada dan secara simultan mengembangkan dan membentangkan apresiasi ke depan untuk menemukan dan menghasilkan kompetensi inti yang baru.

Sumber : http://angel.crysta-corp.com/?p=48